Blog

Selama dekade terakhir, pasar kerja di AS telah mengalami pergeseran signifikan. Setelah sebelumnya berjuang dengan tingkat pengangguran yang tinggi, kini para pemberi kerja di berbagai industri menghadapi kesulitan dalam mengisi posisi yang kosong karena berbagai faktor seperti krisis opioid, pensiunnya generasi baby boomer, dan meningkatnya permintaan untuk profesional STEM. Namun, satu tren positif adalah banyak pensiunan yang ingin tetap terlibat dalam angkatan kerja melalui kegiatan sukarela atau pekerjaan paruh waktu.

 

Nilai Pensiunan dalam Angkatan Kerja

Pensiunan membawa pengalaman dan pengetahuan selama puluhan tahun, yang dapat menjadi aset besar bagi perusahaan yang mencari untuk mengisi kekurangan pengetahuan. Banyak mantan karyawan bersedia kembali dalam peran seperti konsultan, intern, mentor, atau pelatih, menawarkan pendekatan fleksibel yang menguntungkan baik bagi pensiunan maupun perusahaan. Menurut Deborah Seeger dari Patina Solutions, banyak profesional berpengalaman ingin terus berkontribusi pada angkatan kerja tetapi dengan cara yang memberi mereka lebih banyak kendali atas waktu dan komitmen mereka. Ini sejalan dengan ekonomi gig saat ini, di mana pekerja berinteraksi dengan beberapa pemberi kerja secara kontrak daripada berkomitmen pada satu perusahaan.

 

Manfaat Program Mentoring

Hubungan mentoring antara pensiunan dan karyawan muda memberikan beberapa keuntungan:

  • Mentor berpengalaman membantu mentee mengembangkan keterampilan, menghindari kesalahan umum, dan mempercepat pembelajaran mereka.
  • Pensiunan dapat menawarkan bimbingan berdasarkan pengalaman dunia nyata, berfungsi sebagai penasihat yang tidak bias.
  • Mentoring formal dapat memastikan bahwa pengetahuan industri yang berharga ditransfer dengan efisien.
     

Corrie Shanahan, seorang Executive Coach, menyoroti bahwa banyak pensiunan berkembang dalam peran mentoring terstruktur, seperti posisi dewan penasihat. Namun, dia mencatat bahwa pensiunan yang mencoba memulai bisnis pelatihan tanpa pengalaman sebelumnya di bidang tersebut sering kali mengalami kesulitan. Kuncinya adalah menemukan peluang di mana pensiunan dapat bersenang-senang, memberikan dampak, dan mendapatkan imbalan atas pekerjaan mereka.

 

Para pemberi kerja juga harus menyadari bahwa pensiunan memiliki tujuan yang berbeda. Beberapa mungkin ingin kesempatan mentoring informal sambil ngopi, sementara yang lain mencari keterlibatan terstruktur dengan tujuan dan kompensasi yang jelas. Menyusun program-program ini dengan bijak dapat memastikan situasi win-win bagi mentor dan mentee.

 

Transfer Pengetahuan: Eksplisit vs. Taktis

Donnie Hutchinson, seorang profesor di Universitas Dayton, menggambarkan dua jenis transfer pengetahuan yang difasilitasi oleh pensiunan:

  • Pengetahuan eksplisit: Mudah didokumentasikan dan dibagikan melalui manual, proses kerja, dan instruksi.
  • Pengetahuan taktis: Lebih kompleks, pengetahuan berbasis pengalaman yang sering kali sulit untuk diartikulasikan tetapi dapat dibagikan melalui mentoring langsung, pengamatan, dan model magang.
     

Pendekatan mentoring gaya magang, di mana karyawan muda mengikuti pensiunan yang berpengalaman, dapat sangat efektif dalam mentransfer kedua jenis pengetahuan ini. Ini memastikan bahwa kebijaksanaan penting di tempat kerja tetap terjaga meskipun karyawan senior keluar dari angkatan kerja.

 

Mengimplementasikan Program Mentoring Pensiunan

Untuk berhasil mengintegrasikan pensiunan sebagai mentor, perusahaan dapat memilih antara mentor internal dan eksternal. Mentor internal akrab dengan dinamika perusahaan, menjadikannya ideal untuk melatih penerus. Mentor eksternal memberikan perspektif baru dan dapat berguna ketika pengetahuan industri lebih penting daripada pengalaman spesifik perusahaan.

 

Pendekatan terstruktur diperlukan untuk program mentoring yang sukses. Langkah-langkah kunci meliputi:

  • Menetapkan tujuan yang jelas.
  • Mengamankan dukungan eksekutif.
  • Mengalokasikan anggaran.
  • Mendefinisikan durasi dan harapan mentorship.
  • Menciptakan strategi pencocokan mentor-mentee yang efektif.
  • Mempromosikan program secara internal.
  • Mengukur keberhasilan melalui umpan balik dan pelacakan metrik kunci.
     

Beth Carvin, CEO Nobscot Corp., menekankan pentingnya komunikasi yang sering dengan peserta dan melaporkan keberhasilan program kepada kepemimpinan.

 

Merekrut Pensiunan untuk Peran Mentoring

Perusahaan dapat melibatkan pensiunan melalui beberapa saluran:

  • Rekrutmen internal: Mengkomunikasikan peluang mentorship kepada karyawan yang akan segera pensiun untuk mempertahankan keahlian berharga.
  • Rekrutmen eksternal: Menggunakan pameran pekerjaan, organisasi komunitas, dan platform seperti AARP dan After55.com untuk menarik profesional berpengalaman.
  • Ekonomi gig: Dengan freelancer diperkirakan akan menjadi mayoritas angkatan kerja pada tahun 2027, platform online dapat menjadi sumber daya berguna untuk menghubungkan dengan profesional pensiunan yang mencari pengaturan kerja fleksibel.
     

Mentoring Balik: Jalan Dua Arah

Mentoring tidak selalu mengalir dari karyawan yang lebih tua ke karyawan yang lebih muda. Mentoring balik, di mana pekerja muda membantu pensiunan beradaptasi dengan teknologi baru dan alat tempat kerja, juga bisa sama bermanfaatnya. Ini mendorong kolaborasi antar generasi dan membantu pensiunan tetap terlibat dalam lingkungan kerja modern.

 

Kesimpulan

Seiring semakin banyak karyawan mendekati masa pensiun, perusahaan harus secara proaktif menciptakan program mentorship untuk mempertahankan dan mentransfer pengetahuan berharga. Dengan secara strategis mengintegrasikan pensiunan sebagai mentor dan konsultan, bisnis dapat memanfaatkan keahlian mereka sambil menawarkan pensiunan kesempatan bermakna untuk tetap terlibat. Program mentorship yang terstruktur dengan baik tidak hanya menjembatani kesenjangan pengetahuan antar generasi tetapi juga memperkuat pertumbuhan dan inovasi organisasi.

 

Sumber: https://bedtimesmagazine.com/2018/04/follow-leader-mentors-coaches/