Banyak profesional senior tidak ingin berhenti bekerja sepenuhnya setelah pensiun. Mereka menikmati karir mereka dan ingin tetap terlibat, tetapi dengan tempo yang lebih santai. Konsultasi dan pelatihan adalah opsi menarik yang menawarkan jadwal fleksibel, kebebasan lokasi, dan potensi penghasilan tinggi. Namun, dengan semakin banyaknya profesional yang memasuki bidang ini, persaingan menjadi kuat. Untuk menonjol, pensiunan harus merencanakan secara strategis. Berikut adalah cara untuk berhasil bertransisi ke konsultasi atau pelatihan setelah pensiun.
Berpindah ke karir baru memerlukan waktu dan persiapan. Idealnya, para profesional harus mulai merencanakan satu hingga empat tahun sebelum pensiun dari pekerjaan utama mereka. Rencana keluar yang terstruktur dengan baik memungkinkan transisi yang lancar, termasuk perencanaan keuangan dan perubahan gaya hidup potensial seperti relokasi atau penyusutan.
Meskipun beberapa khawatir bahwa mengumumkan pensiun mereka terlalu dini dapat memberi mereka status "bebas" di perusahaan, memberi tahu pimpinan sebelumnya dapat memfasilitasi perencanaan suksesi dan memastikan keberangkatan yang dikelola dengan baik. Namun, bahkan jika seseorang memilih untuk menyimpan rencana tersebut secara pribadi, menetapkan garis waktu pribadi memungkinkan persiapan yang tepat.
Meskipun keahlian industri yang mendalam sangat penting, konsultasi dan pelatihan memerlukan keterampilan tambahan, seperti pengembangan bisnis, pemasaran, dan berbicara di depan umum. Melakukan evaluasi diri dapat membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Membangun keterampilan ini dapat dilakukan melalui kursus profesional, program pendidikan eksekutif, atau bahkan mendapatkan sertifikasi. Meskipun pendapat bervariasi tentang nilai sertifikasi, mereka dapat meningkatkan kredibilitas dan menunjukkan keahlian. Selain itu, memperoleh keterampilan dalam media sosial dan pembuatan konten dapat bermanfaat untuk branding dan keterlibatan klien.
Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan calon konsultan dan pelatih adalah terlalu fokus pada tugas administratif—seperti merancang logo atau memilih nama bisnis—sebelum mendapatkan klien. Sebagai gantinya, pensiunan harus memprioritaskan membangun basis klien mereka.
Salah satu cara terbaik untuk memulai adalah dengan menawarkan layanan secara sukarela saat masih bekerja, sebagai imbalan untuk testimoni dan referensi. Memanfaatkan jaringan profesional yang sudah ada juga sangat penting. Banyak pensiunan telah menghabiskan puluhan tahun membangun koneksi, dan kontak ini bisa menjadi sumber referensi dan peluang yang berharga.
Sangat bermanfaat untuk mulai memberi tahu rekan kerja dan kontak tentang transisi ke konsultasi. Banyak profesional menemukan bahwa hanya dengan membagikan rencana mereka kepada jaringan mereka dapat menghasilkan tawaran pekerjaan. Misalnya, mantan pemimpin nonprofit pendidikan Roxann Kriete menerima lebih banyak pekerjaan daripada yang bisa dia tangani melalui jaringan saja, tanpa upaya pemasaran apa pun. Demikian pula, Albert DiBernardo, seorang eksekutif teknik, mendapatkan peluang konsultasi melalui percakapan dengan rekan-rekan yang telah mendapatkan manfaat dari keahliannya secara informal.
Pemasaran tidak harus rumit. Beberapa profesional menghabiskan waktu pada detail-detail kecil seperti desain kartu nama atau slogan menarik, tetapi elemen-elemen ini tidaklah esensial. Tujuan utama pemasaran adalah untuk membangun kredibilitas saat klien potensial mencari informasi.
Setidaknya, seorang konsultan atau pelatih harus memiliki situs web yang terlihat profesional dengan testimoni, informasi latar belakang, dan penawaran layanan. Kehadiran di media sosial, seperti blogging di LinkedIn atau berkontribusi pada forum industri, dapat lebih memperkuat keahlian dan visibilitas. Tergantung pada seberapa banyak pekerjaan yang ingin diambil oleh pensiunan, pemasaran minimal mungkin sudah cukup karena referensi dari jaringan yang ada bisa memberikan semua bisnis yang diperlukan.
Transisi ke karir konsultasi atau pelatihan tidak harus segera terjadi. Banyak pensiunan lebih memilih pendekatan bertahap daripada langsung terjun ke bisnis penuh waktu. Menurut survei Merrill Lynch, 52% pensiunan mengambil cuti sabbatical sebelum kembali memasuki dunia kerja dalam kapasitas tertentu.
Selama waktu ini, mereka dapat terus mengembangkan keterampilan, membangun jaringan, dan menjajaki klien masa depan tanpa tekanan untuk meluncurkan bisnis berskala penuh segera. Mengambil jeda juga memungkinkan pensiunan menikmati manfaat dari pensiun sambil mempersiapkan fase karir berikutnya dengan tempo yang nyaman.
Konsultasi dan pelatihan menawarkan pensiunan cara untuk tetap terlibat dalam pekerjaan bermakna sambil menikmati fleksibilitas dan kemandirian. Namun, dengan persaingan yang semakin meningkat di bidang ini, sangat penting untuk merencanakan secara strategis. Dengan mempersiapkan sebelumnya, mengembangkan keterampilan yang tepat, memanfaatkan jaringan yang sudah ada, dan fokus pada pemasaran terarah, pensiunan dapat menciptakan karir kedua yang memuaskan dan berkelanjutan.
Baik Anda ingin membangun bisnis konsultasi yang sukses atau mengambil beberapa proyek selektif, pendekatan yang dipikirkan dengan matang memastikan transisi yang lancar dan bermanfaat ke fase kehidupan profesional berikutnya ini.
Sumber: https://hbr.org/2017/05/how-to-become-a-coach-or-a-consultant-after-you-retire
PT. HUMANI SANTIKA INDONESIA